Posted on | Senin, Oktober 1 |
Masa-masa dalam kehidupan kita sebagai individu atau kelompok, pasti tak akan pernah luput dari masa yang menyenangkan dan kemudian digantikan masa-masa yang sulit, itu adalah sebuah kepastian, sepasti bergantinya musim hujan disongsong oleh musim kemarau yang memayahkan.
Bagi penggemar tanaman atau yang memiliki hobi berkebun, seringkali menemukan binatang yang menjengkelkan, dimana dedaunan muda yang tumbuh segar, menjadi tak beraturan dan bolong-bolong bahkan habis dan tinggal tangkainya saja. Ternyata setelah kita perhatikan ada hewan yang biasanya berwarna hijau, sehijau dedaunan untuk kamuflase, binatang tersebut adalah ulat.
Ulat adalah salah satu binatang yang sangat rakus dalam melahap hijaunya dedaunan tanaman yang kita sayangi. Rasa marah yang sangat bila kita jumpai tanaman kesayangan kita telah habis dedaunannya, bahkan hanya tinggal ranting-ranting saja. Sedih dan marah rasanya karena usaha kita terasa terampas begitu saja karena ulah sang ulat.

Dibalik kekesalan dan rasa marah,
pernahkah kita mencoba untuk melihat atau sedikit tertegun mengernyitkan dahi
atas ulah sang ulat tersebut atau sebaliknya kita membunuhnya untuk
melampiaskan kekesalan hati, setega itukah?
Hasil yang diakibatkan oleh ulah sang ulat
memang sangat mengesankan bila dibanding dengan wujud ulat yang lemah dan lunak
tubuhnya. Melihat dari akibat yang dihasilkan maka dapat kita katakan bahwa
karakter ulat adalah pekerja keras dalam menggunduli dedaunan tanaman kita,
seakan-akan mereka seperti dikejar deadline dan harus buru-buru untuk
menyelesaikan. Hasilnya sangat mengesalkan sekali buat kita, yaitu tanaman yang
gundul dalam waktu yang relatif singkat dan sekali lagi sungguh
mengesankan.
Dalam menjalani misinya sang ulat tak
membiarkan sedikit waktu terbuang. Sang ulat baru berhenti ketika sampai pada
saat yang ditentukan dimana ia harus berhenti makan untuk menuju ke dalam
kondisi puasa yang keras. Puasa yang sangat ketat tanpa makan tanpa minum sama
sekali, dalam lingkupan kepompong yang sempit dan gelap.
Pada masa kepompong ini terjadi sebuah
peristiwa yang sangat menakjubkan, masa dimana terjadi transformasi dari seekor
ulat yang menjijikkan menjadi kupu-kupu yang elok dan indahnya dikagumi
manusia. Sang kupu-kupu yang terlahir seakan-akan menjadi makhluk baru yang
mempunyai perwujudan dan perilaku yang baru dan sama sekali berubah.
Haruskah kita membiarkan begitu saja
sebuah peristiwa yang sangat indah dan mengesankan ini, tentu tidak. Sebenarnya
kita patut malu bila melihat tabiat ulat yang pekerja keras. Ulat seakan tak
mempunyai waktu yang terluang dan terbuang sedikitpun. Waktu yang tersedia
adalah waktu yang sangat berharga bagi ulat untuk menggemukkan badan sebagai
persiapan menuju sebuah keadaan dimana diperlukan energi yang besar yaitu masa
kepompong, seakan dikejar-kejar oleh deadline sehingga sang ulat tak pernah
beristirahat sejenakpun untuk terus melahap dedaunan.
Berpacunya sang ulat dengan waktu,
ternyata disebabkan sang ulat telah mempunyai sebuah tujuan yang sangat jernih
dan jelas yaitu mengumpulkan semua potensi yang ada untuk menghadapi satu saat
yang sangat kritis yaitu masa kepompong, dimana pada masa kepompong tersebut
dibutuhkan persiapan yang prima. Datangnya masa kepompong adalah sebuah
keniscayaan, maka sang ulat mempersiapkan dengan kerja keras untuk
menghadapinya.

Sebuah persiapan diri dengan kerja keras
dilakukan juga pada hewan-hewan yang mengalami musim dingin. Dimana untuk
menghadapi masa sulit di musim dingin, banyak hewan yang melakukan hibernasi
selama musim dingin di gua-gua atau liang-liang, agar terhindar dari ganasnya
musim dingin. Agar tubuh tetap hangat dan tersedianya energi maka sebelum
menjelang musim dingin, hewan-hewan tersebut akan menumpuk lemak
sebanyak-banyaknya di dalam tubuhnya, untuk dipakai sebagai bekal dalam tidur
panjangnya.
Lalu coba kita berkaca dan mereview diri
kita, adakah semangat yang luar biasa selayaknya ulat yang telah menggunduli
dedaunan, bukankah sebuah masa depan dan tanggung jawab yang begitu beratnya
harus kita pikul dan tunaikan. Namun kita terbuai dan masih sering suka bermain-main,
selayaknya tertipu oleh permainan yang sangat melenakan.
Masa-masa dalam kehidupan kita sebagai
individu atau kelompok, pasti tak akan pernah luput dari masa yang menyenangkan
dan kemudian digantikan masa-masa yang sulit, itu adalah sebuah kepastian,
sepasti bergantinya musim hujan disongsong oleh musim kemarau yang
memayahkan.
Di dalam masa-masa senang satu saat akan
berganti menjadi masa yang sulit dan bahkan menjadi sebuah musibah karena
mengintai sebuah keterlenaan. Sungguh benar hadist nabi untuk mengambil
kesempatan lima sebelum lima: muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya
sebelum miskin, hidup sebelum mati dan senggang sebelum sibuk (HR. Al Hakim dan
Al Baihaqi). Dan bukankah kita telah diwanti-wanti untuk senantiasa mempersiapkan
diri dengan apa saja yang kita mampu, untuk menggentarkan hati musuh-musuh
kita.
Janganlah kita terlena bahkan kalah dengan
hewan yang bernama ulat yang mempunyai etos kerja unggul dan memiliki pola
pandang yang jauh ke depan yang meniti masa depan tersebut dengan kerja keras,
karena masa depan dengan kesulitan dan cobaan itu pasti akan datang dan
menghampiri kita, maka persiapan yang matang dan kerja keras yang mampu
menolong kita dan bukan kemalasan dan menunda-nunda pekerjaan.
@Salam Jejak-Pemuda
A r t i k e l || T e r k a i t:
Comments
Leave a Reply